“Setiap
kejadian adalah pembelajaran.” – RM
Pembelajaran
yang kami dapat. Kemarin, tepatnya sekitar pukul 6 sore kami baru saja keluar
kelas dan memutuskan melaksanakan shalat di tempat transit yang dapat ditempuh
dengan angkutan umum. Hanya beberapa menit saja.
Sabtu
sore yang dingin. Mengharu biru di tengah jalanan yang mulai gemerlap dengan
sorotan lampu kendaraan yang melintas. Tepat dari depan kampus, kami menyebrang.
Hujan sore itu begitu lebat. Tetapi tak bisa menghalangi pemandangan kami kepada seekor katak di tengah jalan, karena
hijaunya yang melekat.
Ya
..., hujan, membawa katak itu sampai ke tempat yang berbahaya. Entah dari mana
ia berasal. Namun gelagatnya memperlihatkan bahwa ia sedang kebingungan. Melompat
ke sana-sini. Menghindari puluhan roda yang berputar di atas aspal. “Awas sana,
minggir. Sana!!!” batinku menjerit, gelisah tanpa berbuat apa-apa. Sedang temanku
berusaha menyeberangi jalan untuk melindungi-setidaknya menyingkirkan katak itu
dari tengah jalan- agar ia bisa tetap hidup.
Namun,
hanya dalam hitungan detik, roda depan salah satu pengguna jalan menghancurkan
tubuhnya berkeping-keping. Mataku terperangah melihat kejadian yang aku
saksikan langsung dengan sepasang bola mata. Temanku tahu setelah katak itu
telah lenyap menyisakan beberapa hijau yang telah rata di atas jalan. Setengah menjerit
wajahnya berubah muram-bahkan hampir menangis- karena menyesal telah gagal menyelamatkannya.
Ada
pelajaan yang dapat kita ambil dari kejadian itu.
Pertama,
belajarlah dari katak itu. Bagaimana cara dia hidup. Sesulit apa pun, dia
BERUSAHA! Usahanya melompat-lompat untuk menghindari diri ari serbuan roba-roda
tak bermata. Mempertahankan hidupnya tanpa menyerah meski ia tahu bahwa ia akan
kalah. Nyawanya akan hilang. Dia tetap BERUSAHA!
Kedua,
belajarlah untuk menjadi PEKA akan sesuatu yang ada di depan mata. Kesalahan saya
sore itu adalah diam. Hanya diam menyaksikan walau batin menjerit-jerit
khawatir akan keselamatan katak itu.
Ketiga,
adalah takdir. Kematian adalah bagian darinya. Tidak ada satu orang pun yang
tahu sampai kapan mereka akan hidup, dan kapan mereka akan mati. Kita, manusia,
juga termasuk katak tersebut sama. Tidak pernah tahu sampai kapan jatah hidup
di dunia ini. Entah minggu depan, lusa, besok, atau sedetik kemudian, seperti
kisah katak itu.
Karena
kita tidak pernah tahu kapan malaikat maut itu datang, baiknya kita persiapkan
segala sesuatu yang dapat ikut bersama kita hingga kelak sampai ke liang lahat,
dari sekarang. Semua manusia ingin mati dalam keadaan baik. Maka hendaklah kita
mempersiapkan yang baik-baik pula agar kita siap dengan kematian. Karena sesungguhnya
yang paling dekat dengan kita adalah kematian. Takdir Allah yang tidak bisa
ditunda atau dipercepat. Semua atas kuasa-Nya.
1. Amal jariah
Bersedekah
di jalan Allah SWT., atas sesuatu yang bermanfaat. Misalnya bersedekah untuk
membangun masjid. Selama tempat itu digunakan untuk beribadah kepada Allah,
maka mengalirlah amal pahala kepada kita.
2. Ilmu
yang bermanfaat
Ilmu
agama (syar’i), khususnya. Sebagai muslim yang baik, hendaknya ilmu itu dicari sampai
kita masuk ke liang lahat. Setelah didapat, lalu ilmu itu diamalkan agar jadi
bermanfaat. Misalkan kita rangkum ilmu tersebut menjadi sebuah buku. Dan dipakai
banyak orang untuk belajar. Pahala tersebut mengalir meski kita telah mati.
3. Doa
anak soleh
Agama
islam sangat menekankan pendidikan khusunya para orang tua kepada anaknya. Bersekolah,
mengaji ilmu agama, atau pendidikan umum lainnya yang bermanfaat. Hendaklah orang
tua menjadikan anak mereka pintar dan sholeh/sholeha. Karena doa anak sholeh
inilah yang akan sampai ketika para orang tua meninggal.
Hari
ini kita belajar mempersiapkan kematian. Berbuatlah baik kepada semua orang dan
dekatkan diri kepada Allah SWT. Buat diri ini benar-benar siap jika kelak
kematian itu datang. Setiap kejadian adalah pembelajaran. Maka esok pun kita
akan belajar dari kejadian-kejadian yang lain. Selamat belajar dan semangat
bermuhasabah.tak lupa untuk saling mengingatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar