Suatu
hari menyapa di mana rasanya rindu berkumpul dengan orang-orang yang jika kita
ada di antaranya, hati kita merasa tentram dan damai. Sampailah pada sebuah
notebook di tangan. Oleh-oleh dari OBSESI (Obrolan Seputar Studi Islam), edisi
Juni 2016. Tiba-tiba ingin saya bagikan juga. Di penghujung Ramadan! Ini sudah
terlalu telat. Tapi berbagi kenangan, tak ada salahnya bukan? Meski sudah di
penghujung Ramadan. ^^
Ramadan.
Mungkin sebagian orang merasa jenuh karena di bulan ini hampir semua tausyiah bertemakan
Ramadan. Yang isinya menjaga lapar, haus, napsu dan meningkatkan sabar. Tentu tak
apa bukan jika selalu diingatkan. Toh bulan ini pun hanya datang satu kali
dalam satu tahun. Bulan yang sering kita rindukan.
Ramadan
adalah bulan yang paling istimewa dan yang paling ditunggu oleh kaum muslim. Karena
bulan ini datang dengan begitu banyak keistimewaan. Lihat yang terjadi. Hanya di
bulan ini anak-anak bisa keluar malam meski hanya di teras rumah, memainkan
percikan cahaya dari kembang api. Atau sekadar memanjakan perutnya dengan
jajanan tetangga yang menggiurkan di kala siang.
Tapi
bukan itu keistimewaan sesungguhnya. Ada 4 point besar yang menjadi bagian
penting dari keistimewaan Ramadan, yaitu:
1. Pensucian
Jiwa
Sebuah
sepeda motor itu harus selalu dirawat agar terus dapat digunakan bukan? Dari tingkat
perawatan, yang pertama ada perawatan harian. Misalnya pencucian, agar tetap
terlihat bersih. Kedua ada perawatan bulanan. Misalnya penggantian oli, agar
mesin motor tetap sehat. Ketiga ada perawatan tahunan. Misalnya service berat
yang harus dilakukan agar motor dapat tetap digunakan.
Ini
bukan tentang sepeda motor. Ini adalah sebuah perbandingan. Jika motor saja
dirawat, lalu bagaimana dengan jiwa kita?
Ramadan
ini ibarat service tahunan. Service yang harus dilakukan untuk mengikis
dosa-dosa yang membalut jiwa. Manusia mana pun. Semua memiliki dosa. Bahkan yang
paling alim sekali pun. Mereka tetap saja manusia.
Di
suatu malam, seorang wanita muslim tengah mengadu dan memohon pengampunan. Sebab,
ia telah lalai menjaga pandangannya. Seseorang dengan tanpa sengaja bertamu, di
siang hari itu. Membuat –sebut saja Mariam—merasa berdosa karena tanpa sengaja memandang
lelaki yang datang hanya dengan mengenakan kaos santai dan celana selutut. Bertahun-tahun
sudah dia membatasi pergaulan, keluar hanya jika didampingi suaminya. Semua dilakukan
hanya demi menjaga pandangannya. Mariam merasa sangat berdosa dan menyesali apa
yang telah dilihatnya.
Sedang
di suatu tempat yang lain, seorang gadis bernama Raisa tengah menangis, karena kehilangan
waktu untuk menunaikan kewajibannya. Shalat Subuh. Keaktifannya di organisasi
membuat waktunya di rumah terbatas. Banyak malam-malam yang ia habiskan di
kampus. Terlebih jika ada acara kampus. Ia terbiasa berinteraksi dengan banyak
orang. Tidur di ruang rapat, bergurau dengan teman-temannya (lelaki dan
perempuan), atau sekadar mengobrol santai. Segala aktifitas yang normal
dilakukan gadis seusianya. Tetapi dia akan menangis sejadi-jadinya jika dia tak
sempat melaksanakan shalat, meski karena ketiduran. Dia akan sangat menyesalinya.
Dari
kedua cerita tersebut, apa yang bisa kita simpulkan? Ya. Bahwa persepsi dosa
setiap manusia itu berbeda. Persepsi dosa itu dilihat berdasarkan keimanan dan
keilmuan seseorang. Sesuatu hal yang menurut kita dosa, belum tentu dosa
menurut pandangan orang lain. Begitu pula sebaliknya.
Namun
yang pasti. Dosa itu seperti darah yang menggumpal, lalu cair seperti air, selanjutnya
pudar tanpa warna, hingga bersih tanpa bau amis. Maksudnya, semakin sering kita
melakukan dosa, akan menjadi semakin terbiasa. Hingga kita tak lagi menganggap sesuatu
hal itu adalah doa.
2. Speedy
Doa
Ramadan
adalah bulan di mana doa-doa dikabulkan. Terlebih lagi jika kita meminta
kebaikan. Niscaya Allah Swt. mengabulkan segala permintaan hamba-hamba-Nya. Apalagi
doa orang-orang yang sedang berpuasa. Menahan lapar, dahaga dan napsu kita,
sesuai perintah-Nya. Dan doa akan semakin tajam jika diri sering dibersihkan. Lalu
memintalah kita dengan bersungguh-sungguh. Allah maha mendengar.
Dalil
mengenai puasa ada di Q.S. Al-Baqarah dari ayat 183-187. Dan antara ayat-ayat
tersebut, terselip satu ayat mengenai doa.
Al-Baqarah
: 186
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang-orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Satu ayat terselip di antaranya. Mengenai doa.
Allah suka dipinta, dan Allah merindui hamba-hamba-Nya yang jarang meminta
(jarang berdoa). Maka berdoalah kita seraya mendekat kepada-Nya.
3. Bulan
Grand Bonus
“Yang sunah pahalanya menjadi wajib. Yang wajib dilipatgandakan.”
Mungki ini salah satu alasan mengapa orang-orang merindui
datangnya bulan suci Ramadan ini. Bulan yang penuh keistimewaan di mana
orang-orang berlomba-lomba dalam kebaikan. Persis di hari saya mendapat tausyiah
ini, hati terkagum-kagum manakala ada seseorang yang di hari ke 14 itu sudah 1
kali hatam 15 juz (kalo nggak salah). Begitu irinya saya melihat semangat
kawan-kawan yang benar-benar memanfaatkan Ramadan ini dengan antusias melakukan
amal kebaikan. Berarti bukan sehari satu juz lagi. Tetapi 5 juz bada shalat
wajib. Jelasnya ketika ditanyai tips dan trik menjaga keistiqamahan bertilawah.
Iri dalam beribadah itu bukannya dianjurkan? Lalu kita, hinnga
di penghujung bulan Ramadan ini, sudah sampai mana? (nanya diri sendiri).
4. Di
malamnya ada lebih baik dari pada seribu bulan
Malam
Lailatul Qadar. Siapa tak ingin bersua dengan malam ini? Adalah satu malam
penting yang terjadi pada bulan Ramadan, yang dalam Al-Quran digambarkan sebagai
malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dan juga diperingati sebagai malam
diturunkannya Al-Quran. Malam Lailatul Qadar terjadi pada 10 malam terakhir di
bulan Ramadan. Hal ini berdasarkan hadits dari Aisyah yang mengatakan : “Rasulullah
Saw. beri’tikaf di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan, dan dia bersabda
yang artinya: “Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari
terakhir di bulan Ramadan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tetapi
kita tidak pernah bisa memastikan kapan malam tersebut datang. Maka hendaklah
kita tidak melewatkan satu malam pun di 10 hari terakhir bulan Ramadan. Ber’itikaf
di masjid bagi laki-laki. Dan bagi perempuan bisa di rumah. Kegiatan yang
variatif. Semisal berzikir, tilawah, shalawat bisa dilakukan bergantian untuk menahan
kantuk yang mendera.
Lalu
apa tandanya seseorang mendapatkan malam Lailatul Qadar? Jawabannya satu. Bahwa
seseorang yang mendapat malam Lailatul Qadar adalah menjadi lebih baik. Ibadahnya,
akhlaknya dan segalanya. Semoga kita termasuk salah satu di antarnya. Aamiin.
Dalam
hidup tentu kita sering mendengar bahwa segala sesuatu yang dilakukan
berlebihan sering dinilai tidak baik. Tetapi bagaimana jika berlebihan dalam
beramal baik? Tentu tetap dinilai baik, bukan? Sekadar manusia biasa yang juga
butuh istirahat. Tetapi harus juga pandai menjaga ibadahnya.
“Jangan sampai beramal menggangu sisi kemanusiaan kalian. Tetapi jangan pula sisi kemanusiaan menghambat kalian untuk beramal.”
Terakhir,
kata-kata yang sering Bapak saya katakan, “Islam itu mudah. Tapi jangan
dimudah-mudahkan.” Semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi di
bulan-bulan selanjutnya. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar