DORAEMON

Minggu, 04 Desember 2016

WriterPedia. Aku - Menulis - Impian



Si Pendamba Sertifikat atau Si Spesialis Antologi?

Sejak kecil, jujur, aku suka sekali mengarang juga menulis buku harian. Segala kejadian setiap hari ditulis. Entah itu senang, sedih maupun kekesalan. Dengan bermodal buku diary kecil yang ada gemboknya itu, dengan sebuah bollpoint melekat denganku. Masih ingat warna bukunya itu kuning muda bergambar boneka dipenuhi love. Ukurannya kecil, lantas mudah untuk kubawa kemana-mana. Meski demikian, waktu itu tidak pernah sedikit pun terbesit cita-cita dan keinginan menjadi penulis. Hanya saja dengan menulis aku mendapati kesenangan.
Dari kesenangan yang bahkan tidak disadari itu, ketika duduk di bangku SD
(Sekolah Dasar), para guru memberikan kepercayaan dengan menunjukku untuk mewakili sekolah dalam perlombaan sinopsis antar SD se-kecamatan. Bahkan pada saat itu aku tidak mengerti apa itu sinopsis? Bagaimana cara membuatnya? Dan yang lebih parah aku sama sekali tidak bertanya. Alhasil, lomba hanya sekadar lomba. Tanpa persiapan, juara pun tak didapat.
            Lama sudah dari saat itu aku tidak pernah menengok buku serta bolpoint. Semuanya tergantikan oleh gadget. Tapi justru dari gadget inilah aku terjerumus ke dalam dunia literasi. Awal mulanya seorang sahabat menambahkanku ke dalam sebuah komunitas grup facebook yang saat itu masih sedikit penghuni yang notabene penulis-penulis hebat. Kalian tahu novelis best seller yang karyanya banyak filmkan itu? Ya ..., suami dari Bunda Asma Nadia, Pak Isa Alamsyah sebagai pengurus grup tersebut membuat aku semakin melekat dengan dunia menulis. Berawal dari event yang diadakan beliau di grup, aku mulai belajar. Saat itu semangat karena lihat reward-nya, hingga tak memperhatikan tulisanku yang begitu buruk.
            Pernah suatau ketika aku memposting tulisan. Satu, dua orang mulai mengomentari. Bahkan ada dari mereka yang tak segan bersikap keras. Sedih kala itu, “Mau jadi penulis kok gini-gini amat sih?” batinku. Maka sejak itu aku mencoba berfikir ulang. Sungguh-sungguh kah menulis? Betulkah bahwa menulis adalah cita-cita? Masih saat itu aku mengikuti event-event di dalamnya. Masih dengan beberapa komentar yang sama. Meski ada dari mereka yang berkomentar pedas, tapi tak sedikit pula dari mereka yang lembut dan ramah ketika kutanyai. Bersyukur kala itu, komentar pedas tak lagi jadi masalah. Aku justru sangat senang jika mereka berkomentar, berarti mereka membaca tulisanku. Bukan begitu? Nah, dari sana lah aku banyak mendapat ilmu kepenulisan. Ajaib, semakin hari tulisanku semakin teratur. Sejak saat itu aku yakin dan meyakinkan diri sendiri dengan tulisan yang masih ‘mentah’ untuk serius menjadi penulis.
            Sudah cukup lama bergabung di grup, yang sudah di anggap rumah itu, tapi aku masih belum mempunyai teman. Mulai beberapa orang di grup aku tambahkan sebagai teman. Mencoba mengakrabkan diri dengan beberapa orang. Berharap untuk mendapat banyak ilmu dari mereka. Tapi dalam kenyataannya membangun sebuah jembatan pertemanan saja sangat sulit luar biasa. Sering, bahkan tak terhitung lagi seberapa seringnya aku dihiraukan, tak dianggap. Sedang kuperhatikan mereka sudah saling akrab satu sama lain. Apa mungkin karena mereka berasal dari daerah yang sama? Karana aku berfikir demikian, maka mulai lah aku berburu teman maya yang lain. Kucari dari mereka yang sedaerah. Mencoba bersalam sapa, tapi tetap masih saja aku mendapat penolakan. Apa mungkin karena aku ini newbie? Sempat putus asa karena tidak punya teman, mulai frustasi dan berfikir ulang untuk jadi seorang penulis. Atau mungkin kebanyakan dari sifat penulis itu ya demikian? Entahlah. Saat itu aku masih berusaha belajar, meski tak diacuhkan. Aku sering men-tag dan bersikap “sok kenal sok deket.” kepada teman-teman untuk mengkritik tulisanku. Alhamdulillah, ada sebagian yang masih peduli.
            Mencoba introspeksi diri. Mungkin karena aku bukan seseorang yang asyik sehingga mereka malas chatingan denganku?  Ah ..., apa mungkin aku terlalu kaku? Beribu-ribu pertanyaan mulai kupecahkan satu persatu. Hingga semakin hari aku mendapat teman baru, dan memahami karakter masing-masing dari mereka. Memang benar, kebanyakan dari mereka adalah berkarakter pendiam dan bicara seperlunya. Lebihnya mereka tunjukkan dari kualiatas tulisan. Keren!!! Aku menikmati semuanya dengan tetap berfikir positif.
            Sering bergaul dengan penulis, kubuka tulisan dulu sebelum aku tergabung dengan grup tersebut. Tulisan yang tak jelas, typo dimana-mana, EYD yang tak beraturan (meski untuk masalah EYD sampai sekarang pun masih sering melakukan kesalahan, tapi kini lebih baik dari sebelumnya), juga penulisan kapital. Semuanya berbeda. Aku bahkan tak percaya dan cekikikan sendiri melihat tulisanku dulu. Alhamdulillah, diberi kesempatan untuk lebih baik.
            Setelah mempunya banyak teman yang berawal dari grup itu pula aku mulai mengenal penerbit, juga orang-orang yang bekerja di penerbitan. Dan yang membuat begitu semangat adalah event menulis yang diadakan banyak penerbit. Setelah banyak penerbit yang aku add, juga info event yang aku temui di setap wall penerbit juga penulis-penulis lain yang bahkan telah mempunyai buku sendiri, aku mulai mengikutinya satu per satu. Dalam seminggu bahkan aku mampu menyelesaikan 3 naskah cerpen (kalau dulu sih satu naskah pun nggak) dan mengirimkannya via email. Ada kepuasan serta semangat lain ketika aku melihat namaku ada di barisan kontributor yang karyanya lolos untuk dibukukan dalam antologi. Apalagi setelahnya, aku mendapat e-sertifikat dan melihat namaku tertulis di sana. Ya, walaupun sampai saat ini belum pernah menyabet juara tapi cukup bersyukur masih menjadi kontributornya juga. Semakin senang, bahagia, terharu. Semuanya tercampur menjadi satu.
            Namun, banyak mengikuti event, banyak pula aku mendapat kecewa karena beberapa event yang nggak jelas kabar beritanya. Jujur, untuk satu naskah cerpen atau puisi aku bahkan tak jarang menghabiskan berminggu-minggu untu menyelesaikannya. Kadang nulis nunggu mood baik. Kalau nggak, ya lama nyari idenya. Ngenes iya. Aku kirim naskah, tapi perlombaannya malah nggak jelas. Ya, tapi aku bisa apa? Cuman sabar, dan terus semangat untuk terus berkarya.
            Karena iming-iming sertifikat yang akan didapat, aku malah menjadi pemilih. Jika ada sertifikatnya, aku baru ikut eventnya. Rada malu sih ketika baca postingan seseorang, tentang apa pentingnya e-sertifikat. Bagiku sih itu adalah bagian dari pendobrak semangat. Terserah apa omongan orang lain. Tapi sebenarnya malu, merasa tersindir.
            Apakah aku kini seorang penulis? Hihi ... J. Namaku kini ada di beberapa buku yang telah aku ikuti event membuat buku antologi. Bahkan dengan bangga dan girang aku menunjukkan buku itu kepada kedua orang tua. Dan bahagianya adalah mata yang berkaca-kaca kudapati dikedua mata Ibu tercinta seraya berkata, “Alhamdulillah. Semoga mimpimu menjadi penulis bisa kesampaian.” Bagiku doa Ibu itu adalah semangat baruku. Bukan lagi masalah sertifikat. Sekarang lebih berfokus kepada kualitas tulisan yang aku hasilkan. 
            Kini mungkin kalau tidak salah menghitung, ada lebih dari 5 buku antologi yang karyaku ada di dalamnya. Sebagian aku beli, tapi kebanyakan nggak. Karena banyaknya kebutuhan lain yang mesti didahulukan.
            Karena sekarang aku banyak bergabung dengan grup dan komunitas menulis lainnya, semua notifikasi HP-ku melulu soal dunia literasi. Mengikuti kelas menulis online, diskusi kepenulisan dan masih dengan event-event yang lainnya. Jujur sekarang aku jarang mempunyai waktu untuk menulis. Berawal dari HP yang rusak hingga semua data serta tulisanku hilang. Mulai kehilangan semangat. Ditambah waktu yang aku punya. Sebetulnya kegiatan aku hanya sedikit. Tapi pekerjaanku menyita banyak waktu. Sebagai buruh pabrik, aku juga harus berkonsentrasi dan memikirkan kuliahku. Dan sebagai seorang pelajar dan manusia yang mempunyai cita-cita, aku harus banyak belajar dan menulis. Karena impian bukan sekadar keluar dari ucapan. Harus ada usaha untuk meraihnya.
            Resolusi di tahun depan adalah aku ingin menjadi penulis sungguhan. Aku ingin mempunyai buku solo, yang mana tulisanku dapat dibaca, dinikmati dan juga menginspirasi banyak orang yang membacanya.
            Berdoa dan berusaha, semoga semua cita-cita bisa tercapai dan impian bisa segera kuwujudkan. Aamiin.

Salah satu buku antologiku yang bertemakan Romantic Story.