DORAEMON

Kamis, 31 Maret 2016

SEPUCUK SURAT UNTUK SAHABAT




Kamu tidak pernah benar-benar bisa mengerti perasaan sesesorang, kecuali kamu benar-benar menjadi dirinya.
Karena kamu tidak bisa mengerti perasaan orang dengan pasti, setidaknya jangan paksa orang untuk mengerti perasaan kamu.

Teruntuk sahabat terkasihku. Di mana pun atau sedang apa pun kamu sekarang. 

Jauh di masa lampau, aku mengenalmu begitu besar, bahkan bersinar. Nyaliku menciut sebesar debu di pelupuk mata. Rasanya dapat sekadar berteman saja, mungkin sebuah keajaiban. Ah! Mustahil. Tapi aku belum mengenal siapa-siapa di dunia baru-ku saat itu. Kupikir kamu bisa membantu. Berharap kamu mau menerima jabat tanganku yang berdebu ini.
Aku bahagia. Karena kamu tidak seangkuh yang lain. Ramah, baik, mampu menerima aku –yang rasanya tak sepadan jika harus berteman- yang banyak tak tahu ini. Kekaguman bahkan memuncak. Dan aaku yakin bahwa mimpi-mimpi yang kugantungkan bisa tercapai. Ya! Allah mengirimkan kamu, teman baik sebagai jalan membantuku belajar bagaimana meraih impian.
Semakin lama berteman, rasanya kekaguman ini semakin bertambah. Kamu seperti bola dunia. Ah, bukan! Kantong ajaib? Ah entahlah. Aku selalu menemukan jawaban-jawaban ada padamu. Karena mengapa, kau adalah orang pertama yang tahu kabar gembira yang kubawa. Dan kau juga adalah orang pertama yang tahu kabar dukaku. Menarik. Aku bersyukur kita bisa saling diperkenalkan oleh takdirnya Allah.
Untuk beberapa waktu yang lama, mungkin kamu bosan. Kamu menghilang. Menelisik lebih dalam. Rasanya sakit setelah kehilangan. Ya! Aku telah bergantung kepadamu untuk banyak hal. Dan di masa-masa sulit itu, aku rasa impianku akan hancur. Tepat dalam kepalan tanganku sendiri.
Beberapa masa datang, memberi sedikit cerah untuk jiwa yang gelap, untuk beberapa waktu. Kau kembali datang. Bahagia. Tentu saja! Mimpi itu kugenggam dan kusempurnakan kembali. Jangan dilihat dari dekat. Karena ini retak dan rapuh, rupanya sudah berkeping karena dulu kuhancurkan. Tapi ini luar biasa. Bahkan aku lebih percaya mimpi itu akan jadi nyata setelah kamu berjanji akan terus bersamaku untuk mendampingi sampai aku benar-benar bisa mewujudkannya.
Dugaanku salah. Janji hanya sekadar janji. Rupanya ada sesuatu yang kau cari. Ya! Tempat di mana kau mampu berkeluh kesah. Bagiku tak masalah. Aku justru senang, jika kau mau sedikit terbuka. Bukan aku yang meminta.
Keadaan berubah. Kau bukan lagi seoarang motivator hebat, bukan seorang bola dunia atau bahkan kantong ajaib yang biasanya bisa kutemukan segala jawaban dari masalah kehidupan. Aku hanya mengenalmu sebagai seorang teman biasa. Ah bukan. Bahkan lebih parah dari itu. Kau datang hanya karena jika kamu butuh sandaran. Tetapi kau tak ada ketika aku yang membutuhkan (Motivasi dan kata-kata bijakmu yang dulu selalu aku rindukan).
Kau tahu rasanya seperti apa? Sakit! Baiklah aku mengerti kesibukanmua. Tetapi kamu tidak pernah mengerti juga kesibukanku, kan? Bagiku, duniamu, duniaku. Duniaku bukan duniamu. Bagimu, duniamu jadi duniaku (jika waktu tepat). Sedang duniaku kau mainkan sesuka hati menjadi duniamu. Lagi-lagi bukan masalah, bagiku. Kau tahu mengapa? Ada rasa nyaman yang kau ciptakan.
Aku lelah sebenarnya. Kamu selalu memaksa aku untuk mengerti. Tetapi tidak pernah sedikit pun kamu mau mengerti. Aku lelah menjaga perasaanmu, sedang perasaanku tak pernah kau jaga. Aku lelah berhati-hati di kala bicara. Sebab engkau yang sekarang adalah berbeda. Lebih sering marah, dan mudah ‘meledak’. Sedang apa pun yang kau bicarakan –tak peduli itu membuatku terluka- adalah kebenaran yang mutlak. Sesekali aku berontak. Hal hasilnya? Kamu marah dan pergi begitu saja.
Sahabat. Jangan khawatir. Karena kini aku gantungkan impian itu kepada sang pemilik takdir. Bukan berarti takdir Allah itu salah. Soal perkenalan kita. Biar itu menjadi cerita. Aku banyak mendapat ilmu darimu, terutama soal keikhlasan.
Untuk perasaan nyaman, bukan masalah. Setelah kepergianmu, aku selalu merasa nyaman dengan cahaya terang yang sebetulnya selalu dekat denganku. Cahaya kasih sayang Allah yang kini selalu menjadi tempat peraduan. Karena aku tahu Allah takkan pernah meninggalkan. Sepertimu.
Sahabat. Semoga kamu selalu bahagia. Mungkin di suatu saat, aku akan merindukanmu lagi.

Rabu, 30 Maret 2016

Puisi bertema Ibu.

Ibu. Siapa yang dapat menyangkal? Jika salah satu kata paling magis ini adalah sumber dari segala ide brilian. Tidak akan ada habisnya mengupas tuntas makna dari kata 'Ibu'. Setiap orang akan mengekpresikan hatinya menjadi apa pun ketika mendengar kata ini.
Setuju?
Berikut salah satu ekspresi saya tentang sebuah kata yang magis itu. Kata sederhana yang terangkai menjadi sebuah puisi bermakna dalam. Puisi Ibu, yang terinspirasi dari Ibu dan untuk Ibu. Mama, Umi, Ambu. Apa pun panggilannya. ^_^


Mama, Perigi Kasihku Oleh : RM

Tiada kata yang mampu melukiskan
Sosok terhebat yang telah Allah berikan
Syukurku tak beranjak enyah
Milikimu kuatkan diri yang lemah
Pada seruan yang kuhiraukan
Pada nada yang terlampaui keras melebihimu
Pada kata 'ah' yang sering terlontar
Pada muka masam yang sering kupasang
Kutahu luka yang kau dapatkan

Mama ...
Lirihku terdengar di kala lelah
Namun lelahmu kau sembunyikan
Kasihku terhitung hanya sebatas waktu yang kulalui
Sedang engkau perigi kasih yang tak pernah usai

Mama ...
Doamu mengawal setiap langkah
Kasihmu menyelimuti jiwa
Di balik segala kemudahanku
Ada doamu yang terkabulkan
Hanya melalui aksara ini kusampaikan
Berjuta sayang terselip pada setiap bait
Bagiku kau adalah segala keindahan
Mama ... Kupanggil dia Mama

Kamis, 17 Maret 2016

Menghadapi pasar bebas dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)



 
Apa yang  harus diketahui tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN?



Sejarah singkat terciptanya MEA
Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang sering disebut MEA ini adalah istilah yang berasal dari Indonesia terhadap ASEAN Economic Community (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas. Dalam mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi yang konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan komitmen ekonomi yang efektif berbasis aturan. 

MEA ini ternyata memiliki sejarah yang cukup panjang. Lahir dari kesepakatan 10 Negara anggota ASEAN (Malaysia, Singapura, Thailand, Kamboja, Myanmar, Bunei Darussalam, Vietnam, Laos, Filipina, dan termasuk Indonesia) dalam KTT ASEAN di Kuala Lumpur pada tahun 1997. MEA ini adalah inisiatif pembentukkan integrasi ASEAN melalui Vision 2020. Untuk membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal dimana akan adanya pasar bebas barang dan jasa pada jalur negara-negara ASEAN untuk mengubah  ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan kompetitif. MEA ini hadir dengan perekonomian yang mengglobal di antara negara-negara ASEAN untuk meningkatkan daya saing ekonomi di kawasan regional ASEAN.

Kemudian melalui deklarasi Bali Concord II pada 2003, MEA 2020 diimplementasikan melalui 3 pilar, yakni ASEAN Security Community, ASEAN Economic Community, dan ASEAN Siciocultural Community.

Namun pada saat ASEAN summit ke-12 pada 2007, dalam Cebu Declaration ASEAN memuntuskan untuk mempercepat pembentukan integrasi kawasan ASEAN menjadi 2015.

Sosialisasi sampai ke pelosok desa
Meski kini MEA sudah ada di pelupuk mata, dalam kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum mengetahui apa itu Masyarakat Ekonomi ASEAN.  Jangankan masyarakat di pelosok desa, para pebisnis saja masih banyak yang kurang ‘melek’ pada kondisi MEA ini. Bagaimana kita -bangsa Indonesia- akan siap dan mampu menghadapi MEA, jika arti dari hadirnya MEA saja masih belum diketahui masyarakat banyak. Dalam hal ini mungkin saran kepada pemerintah untuk dapat mensosialisasikan khususnya kepada masyarakat pelosok desa agar mereka paham. Syukur-syukur mereka dibekali wawasan untuk menghadapi MEA, khususunya para pelaku industri rumahan yang diharapkan pengetahuan tersebut akan mampu meningkatkan krestifitas mereka dalam mengelola industrinya agar mampu bersaing pada pasar bebas MEA ini.

Lalu apa saja yang harus dipersiapkan Indonesia untuk menghadapi MEA?
Dari sekian banyak persiapan yang diperlukan untuk menghdapi MEA, faktor Sumber Daya Manusia (SDM) ini tentu menjadi persiapan yang paling perlu disoroti. Mengapa? Karena faktor SDM ini adalah pelaku yang akan bersaing di Pasar  Bebas MEA nantinnya. Untuk mampu bersaing, tentunya diperlukan SDM yang berkualitas agar mampu menyiapkan strategi dan merancang segenap kesiapan-kesiapan yang lainnya untuk mampu berjaya di era MEA. 

Selain dari pada itu, persiapan yang lain yang tak kalah penting adalah penguatan sektor UMKM. Sebagai contoh, pihak Kadin mengadakan beberapa program, antara lainnya adalah ‘Pameran Koperasi dan UKM Festival’ pada 5 Juni 2013 lalu yang diikuti oleh 463 KUKM. Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk UKM yang ada di Indonesia dan juga sebagai stimulan bagi masyarakat untuk lebih kreatif lagi dalam mengembangkan usaha kecil serta menengah.

Selain itu, persiapan Indonesia dari sektor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) untuk menghadapi MEA 2015 adalah pembentukan Komite Nasional Persiapan MEA 2015, yang berfungsi merumuskan langkah antisipasi serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan KUKM mengenai pemberlakuan MEA pada akhir 2015. Diharapkan dengan penguatan sektor UMKM ini, juga dapat berimbas pada penguatan daya saing ekonomi dengan negara-negara ASEAN lain yang tak kalah banyak dan matang dengan segala macam  persiapannya.

Bagaimana tantangan dan Risiko MEA bagi Indonesia? 

Hadirnya MEA ini, memberi warna baru bagi seluruh masyarakat Indonesia khusunya. Ibarat menyeruput kopi hitam. Bagi penyuka kopi, sepahit apa pun pasti akan terasa nikmat bukan? Berbeda dengan mereka yang tidak menyukainya. Sama seperti MEA. Ibaratnya MEA adalah kopi. Ada sebagian  orang optimis akan berhasil dengan segala usahanya untuk mampu bersaing bahkan unggul di era MEA ini. Ada juga sebagian orang yang pesimis akan mampu bertahan dengan adanya MEA ini. 

Lalu bagaimana dengan 8 profesi yang dibebaskan (keluar-masuk) negara ASEAN?
Sebagai negara yang berpenduduk paling banyak se-ASEAN ini. Tentunya kita harus optimis akan berhasil bersaing dengan negara-negara ASEAN lain. Bayangkan jika kita kalah sebelum berperang? Mau bagaimana nasib ratusan juta rakyat Indonesia? Ya memang harus disadari, bahwa negara kita terkendala dengan bahasa. Memang dirasa akan sulit untuk bersaing, pada hal kebahasaan saja kita sudah kalah. NO EXCUSE! Jangan jadikan itu alasan. Selama kita mau berusaha untuk meningkatkan kualitas, pasti kita mampu untuk bersaing di kancah MEA.

Apa peluang Indonesia dengan adanya MEA?
Pertama, dengan menjadi luasnya pasar bebas yang melibatkan persaingan antar negara-negara se-Asia Tenggara, secara tidak langsung pasti akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara. Mengapa? Karena kegiatan ekspor impor akan menjadi mudah atau bahkan tidak ada hambatan. Dengan begitu arus keluar masuk barang akan lancar. Juga akan terpenuhinya segala kebutuhan yang diperlukan.
Kedua, adalah berpeluangya kita untuk “Go Internasional”. Menunjukkan kemampuan untuk bersaing dengan negara lain. Tenaga profesional kita menjadi mudah dan mampu bersaing dengan tenaga profesional negara lain. Karena nantinya akan terjadi seperti pertukaran tenaga ahli.
Ketiga, adalah berpeluang untuk memperkenalkan produk kita kepada negara ASEAN lain. Dapat berimbas nantinya pada peningkatan ekspor.

Apa manfaat adanya MEA bagi Indonesia? 
Pertama, mendorong pertumbuhan investasi asing.
Kedua, menurunkan angka pengangguran, karena dengan banyaknya investasi asing, maka akan terbuka banyak kesempatan dan lapangan pekerjaan. 
Ketiga, adalah mendorong peningkatan impor ekspor.

Strategi Indonesia bersaing dalam era MEA
1. Indonesia perlu menjadi negara agribisnis. Mengapa? Jika melimpah investasi asing di Indonesia, yang didominasi pemiliknya nanti oleh orang asing, ditakutkan Indonesia hanya akan menjadi buruh, menjadi kuli di negara sendiri. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Indonesia harus meningkatkan sektor agribisnis agar Indonesia bisa bersaing penuh.
2. Antisipasi arus tenaga asing. Banyak Investasi Asing masuk memang baik bagi perekonomian Indonesia. Akan tetapi, jangan sampai Indonesia dikendalikan oleh warga asing. Untuk itu Indonesia harus mengantisipasi banyaknya tenaga asing yang masuk ke Indonesia 

 

Sabtu, 12 Maret 2016

Belajar dari kejadian - Mempersiapkan Kematian



“Setiap kejadian adalah pembelajaran.” – RM
 
Pembelajaran yang kami dapat. Kemarin, tepatnya sekitar pukul 6 sore kami baru saja keluar kelas dan memutuskan melaksanakan shalat di tempat transit yang dapat ditempuh dengan angkutan umum. Hanya beberapa menit saja. 

Sabtu sore yang dingin. Mengharu biru di tengah jalanan yang mulai gemerlap dengan sorotan lampu kendaraan yang melintas. Tepat dari depan kampus, kami menyebrang. Hujan sore itu begitu lebat. Tetapi tak bisa menghalangi pemandangan kami  kepada seekor katak di tengah jalan, karena hijaunya yang melekat.

Ya ..., hujan, membawa katak itu sampai ke tempat yang berbahaya. Entah dari mana ia berasal. Namun gelagatnya memperlihatkan bahwa ia sedang kebingungan. Melompat ke sana-sini. Menghindari puluhan roda yang berputar di atas aspal. “Awas sana, minggir. Sana!!!” batinku menjerit, gelisah tanpa berbuat apa-apa. Sedang temanku berusaha menyeberangi jalan untuk melindungi-setidaknya menyingkirkan katak itu dari tengah jalan- agar ia bisa tetap hidup.
Namun, hanya dalam hitungan detik, roda depan salah satu pengguna jalan menghancurkan tubuhnya berkeping-keping. Mataku terperangah melihat kejadian yang aku saksikan langsung dengan sepasang bola mata. Temanku tahu setelah katak itu telah lenyap menyisakan beberapa hijau yang telah rata di atas jalan. Setengah menjerit wajahnya berubah muram-bahkan hampir menangis- karena menyesal telah gagal menyelamatkannya.

Ada pelajaan yang dapat kita ambil dari kejadian itu.
Pertama, belajarlah dari katak itu. Bagaimana cara dia hidup. Sesulit apa pun, dia BERUSAHA! Usahanya melompat-lompat untuk menghindari diri ari serbuan roba-roda tak bermata. Mempertahankan hidupnya tanpa menyerah meski ia tahu bahwa ia akan kalah. Nyawanya akan hilang. Dia tetap BERUSAHA!
Kedua, belajarlah untuk menjadi PEKA akan sesuatu yang ada di depan mata. Kesalahan saya sore itu adalah diam. Hanya diam menyaksikan walau batin menjerit-jerit khawatir akan keselamatan katak itu.
Ketiga, adalah takdir. Kematian adalah bagian darinya. Tidak ada satu orang pun yang tahu sampai kapan mereka akan hidup, dan kapan mereka akan mati. Kita, manusia, juga termasuk katak tersebut sama. Tidak pernah tahu sampai kapan jatah hidup di dunia ini. Entah minggu depan, lusa, besok, atau sedetik kemudian, seperti kisah katak itu.
Karena kita tidak pernah tahu kapan malaikat maut itu datang, baiknya kita persiapkan segala sesuatu yang dapat ikut bersama kita hingga kelak sampai ke liang lahat, dari sekarang. Semua manusia ingin mati dalam keadaan baik. Maka hendaklah kita mempersiapkan yang baik-baik pula agar kita siap dengan kematian. Karena sesungguhnya yang paling dekat dengan kita adalah kematian. Takdir Allah yang tidak bisa ditunda atau dipercepat. Semua atas kuasa-Nya.

Setelah kita mati, ada 3 amalan yang tidak akan putus pahalanya : 
 1. Amal jariah
Bersedekah di jalan Allah SWT., atas sesuatu yang bermanfaat. Misalnya bersedekah untuk membangun masjid. Selama tempat itu digunakan untuk beribadah kepada Allah, maka mengalirlah amal pahala kepada kita. 

2. Ilmu yang bermanfaat
Ilmu agama (syar’i), khususnya. Sebagai muslim yang baik, hendaknya ilmu itu dicari sampai kita masuk ke liang lahat. Setelah didapat, lalu ilmu itu diamalkan agar jadi bermanfaat. Misalkan kita rangkum ilmu tersebut menjadi sebuah buku. Dan dipakai banyak orang untuk belajar. Pahala tersebut mengalir meski kita telah mati. 

3. Doa anak soleh
Agama islam sangat menekankan pendidikan khusunya para orang tua kepada anaknya. Bersekolah, mengaji ilmu agama, atau pendidikan umum lainnya yang bermanfaat. Hendaklah orang tua menjadikan anak mereka pintar dan sholeh/sholeha. Karena doa anak sholeh inilah yang akan sampai ketika para orang tua meninggal.

Hari ini kita belajar mempersiapkan kematian. Berbuatlah baik kepada semua orang dan dekatkan diri kepada Allah SWT. Buat diri ini benar-benar siap jika kelak kematian itu datang. Setiap kejadian adalah pembelajaran. Maka esok pun kita akan belajar dari kejadian-kejadian yang lain. Selamat belajar dan semangat bermuhasabah.tak lupa untuk saling mengingatkan.

Selasa, 01 Maret 2016

Mengapa Harus Jadi Penulis?


“Ada kebahagiaan ketika saya menulis. Hingga saya bermimpi menjadi penulis untuk mengabadiakan kebahagiaan” – Rosyidatul Munawaroh

Mengapa harus jadi penulis?
Menulis adalah cara mengekspresikan sesuatu yang paling elegan.
-          Jika kamu merasa bahagia, menulislah!
-          Jika kamu merasa bersedih, menulislah!
-          Bahkan jika kamu marah, menulislah! 
       Itu karena kamu adalah seorang PENULIS.

Penulis adalah seseorang yang paling keren. Karena dia bisa merubah dunia dengan tulisannya. Merubah mindset seseorang, juga karena tulisannya. Dengan menulis, kita dapat memberikan ide, gagasan, pendapat atas sesuatu hal. Pun kita bebas berekspresi. Berjalan-jalan menyusuri emosi diri. Dengan begitu kamu bisa mengenal diri sendiri dengan baik.  Pernah menulis buku diary? Nah itulah salah satu contoh real di mana kamu berekspresi secara elegan. kamu tidak perlu berkoar-koar agar orang lain tahu perasaan kita. 

Menulis  adalah ladang amal.
Seperti yang telah dipaparkan di atas, menulis mampu merubah cara berpikir seseorang. Kita berbicara dengan orang lain melalui tulisan. Bayangkan jika tulisan kita mampu menginspirasi hingga memberikan manfaat bagi banyak orang? Tak perlu memikirkan berapa amal yang kita dapat. Karena itu bukan urusan kita. Yang terpenting adalah tulislah tulisan yang baik-baik. Agar tulisan menggiring kita kepada jalan kebaikan, bukan malah sebaliknya. Menulis ikhlas karena Allah SWT, jujur dan niat yang baik agar mampu menghasilkan tulisan yang baik pula.

Menulis adalah tanda kita hidup.
Jika kamu bukan seseorang yang terkenal, maka menulislah! Minimal orang-orang akan mengenal tulisanmu. Kita tidak pernah tahu sampai kapan kita hidup. Selama jatah waktu di dunia masih Allah SWT berikan, maka menulislah! Tinggalkan sesuatu bagi orang-orang yang kita sayang, jika kelak kita meninggalkan dunia, mereka akan mengenang kita karena ada sesuatu yang kita tinggalkan. Yaitu tulisan.

Menjadi penulis berarti kamu menjadi seseorang yang sangat peka akan lingkungan sekitar bisa juga peka akan perasaan orang-orang di sekeliling. Peristiwa kecil saja mampu kita jadikan sesuatu hal yang besar, ketika kita menuliskannya. 
Contoh ketika kamu melihat seorang pengemis di jalanan. Kamu akan peka untuk mendeskripsikan peristiwa tersebut. Siapa dia? Mengapa dia mengemis? Dari mana asalnya? Dapat dideskripsikan secara panjang lebar bukan? Atau bisa dibuat berita. Di sana juga kamu bisa mengemukakan pendapat menurut sudut pandang sendiri atas peristiwa yang dilihat. Bahkan, kamu bisa memberikan solusi atas kejadian tersebut. Bagaimana agar dia tidak mengemis. Di sisi lain, hatimu juga akan tergerak untuk melakukan sesuatu yang lebih nyata. 

Penulis adalah pembaca yang baik. Mustahil kamu akan bisa menulis jika kamu tidak membaca. Penulis itu adalah seseorang yang kaya wawasan, pengetahuan, makanya mereka dapat menulis untuk merubah dunia melalui tulisannya.
Hal-hal di atas mendorong saya untuk menjadi penulis. Semangat saya berkobar bagai api yang menyala-nyala ketika diperkenalkan dengan grup KMO ini. Tentunya atas izin Allah SWT semuanya kita dipertemukan, meski tidak tatap muka secara langsung. Tetapi KMO ini bagaikan sekolah di mana saya mendapat banyak ilmu di dalamnya.

Kita semua mempunyai mimpi yang sama, adalah mimpi menjadi penulis. Misi kita pun sama. Masuk ke KMO karena haus akan ilmu kepenulisan. Yang berbeda adalah tingkat semangat masing-masing individu. Luar biasanya, saya melihat diri saya sebagai bagian yang sangat kecil. Semangat teman-teman lebih besar bila dibanding saya. Justru di situ, di sanalah kita semua saling menyemangati dan mengingatkan. menularkan semangatnya kepada yang lain. Agar sama-sama bisa bertahan sampai kelas ini berakhir.

Dengan semangat tersebut, saya bertekad. Minimal satu buku sebelum mati. Mutlak! Karena ingin meninggalkan jejak di dunia. Karena jika saya mati, maka saya akan dilupakan. Tetapi saya akan tetap hidup dalam tulisan. Menginspirasi dan bermanfaat bagi banyak orang saya rasa bukan impian saya saja. Tetapi jutaan orang yang hidup di dunia juga memiliki impian yang sama. Saya ingin menulis karena saya merasa bodoh. Untuk itu saya harus belajar agar bisa menjadi pintar, baru dapat bermanfaat dan menginspirasi orang banyak.
Menulis itu seperti traveling. Kita dapat pergi kemana saja yang kita suka. Menyusuri jalan dan seisi dunia melalui pikiran kita. Penulis, kurang apa lagi coba?

Dulu, saya pernah merasa takut untuk menulis. Karena takut tulisan saya malah menyesatkan orang banyak dan imbasnya adalah ganjaran yang akan didapat. Sungguh mengerikan! Mengingat akan pertanggung jawabannya nanti di akhirat. Tetapi rasa takut itu kini telah sirna. Semakin keras belajar saya menjadi semakin merasa bodoh. Karena saya menyadari begitu banyak yang tidak saya ketahui. Karena merasa bodohlah maka saya ingin menulis sesuatu agar saya tidak pernah lelah untuk belajar dan mencoba. Dengan begitu, tulisan tersebut akan menjadi pengingat dan pemicu semangat di kala saya mulai lelah untuk belajar dan berbagi kepada dunia.
Dulu, saya juga takut menulis. Karena takut jika tulisan saya hanya akan menjadi sampah tanpa ada nilai kebaikan dan manfaat yang bisa diambil orang banyak. Setelah berkomitmen untuk serius dengan dunia menulis ini, saya bahkan mempunyai pikiran bahwa yang akan menjadi sampah adalah orang-orang penakut dan membiarkan tulisannya begitu saja tanpa berani mencoba merubah dunia. 

Maka MENULISLAH untuk menjadi seorang PENULIS!  

Tulisan singkat ini semoga bisa selalu mengingatkan saya dan juga teman-teman lain yang serupa ingin menjadi penulis seperti saya. Semoga ALLAH SWT memberikan kelancaran bagi kita semua. Dan segera mengabulkan impian kita untuk menjadi penulis yang sesungguhnya. Aamiin.